Sunday, January 28, 2018

Sabtu Bersama Grace

Hello!
Sudah lama sekali tidak bertemu dalam tulisan. I took my hiatus too long. Way too long, I guess. Ehehe.
How you guys doing? I wish you’re all doing good no matter what you’ve been through. I am doing good. Well, at least that’s what I thought I am.
For those who have no idea and questioning “Where are you now?”, “What do you do?”, etc. I am currently making my living in Batam. Am working in semiconductor company and it has been 3 years now. So far so good and Batam is actually a nice place. Not too bad. Deket sama Singapore. Hahaha.
Jadi, hari ini gue pengen sharing aja sih soal kegiatan gue di hari Sabtu ini. Normally, gue cuma leyeh-leyeh dan keluar kalo ada yang ngajakin doang. Kalo enggak, stay at home till the next day. Hahaha. Dan untuk Sabtu kali ini, I have to drag my ass outta the house. Gue harus ke Samsung Service Center buat nge-cek tab gue dan beli cable data. Gue mikir-mikir, kemana lagi ya abis itu, secara gue males banget kalo ternyata keluar cuma ke Samsung terus balik rumah. Sekalian aja keluar, maen, nongkrong, ngapain kek. Udah susah-susah nyeret diri keluar rumah soalnya. Hahaha. Dan disaat itulah ide buat ngabisin waktu di Batam City Square (BCS).

Batam City Square

It wasn’t my first time to spend time in BCS. I did it many times with friends. But alone, this Saturday is the second time. Kali pertama hampir sama dengan hari ini: Uncle K dan movie. Bedanya, Sabtu ini gue lebih lama karena muter-muter hampir semua sudut BCS. FYI, BCS hanya ada 1 building aja dan memliki 5 lantai: Basement, Ground, 1st, 2nd, 3rd, dan 4th Floor. Basement didominasi stalls dan took-toko gadget. Ada juga beberapa toko games dan DVD (bajakan). Untuk Ground Floor, ya basic-nya wajah mall-lah. Ada supermarket-nya, ada toko pakaian, money changer, ATM Center, stall jualan emas, dan yang pasti ada hall-nya. Tadi sih lagi ada kontes nyanyi lagu Mandarin, secara Chinese New Year is coming soon! 1st Floor sih kebanyakan toko baju dan ada beberapa toko lainnya. Sedangkan untuk 2nd Floor kebanyakan adalah area cute stuffs, nail arts, beauty thingy, pakaian, sepatu, dan sejenisnya. 3rd Floor, mostly food dan salon serta area bowling juga ada di lantai ini. Untuk 4th Floor, ada bioskop dan sebagian area untuk food stall dan tempat games.
Taken from : Batam News

 First Stop – Uncle K

My first stop was Uncle K. It’s a diner on the 3rd Floor, almost in the corner near to electronic center. Gue selalu balik ke sini untuk Ubi Kayu Uncle K. Enaknya gak ketulungan dipadu dengan minuman manis, apa aja terserah, pilih aja yang lo suka. Perfect deh. Untuk tadi gue pilih Lemon Kiamboy.

 As usual, gue bawa laptop untuk ngerjain some stuffs. Unfortunately, kemaren network-nya gak bisa diajak asik-asik. Jadi gue hanya menikmati ubi kayu (singkong) gue aja sambil utak-atik hape dan cek jadwal movie Dilan 1990. Iya, gue niatin nonton si Iqbal Coboy Junior eta. Hahaha. Gue ngakak sendiri mengingat gimana dia sekarang versus dulu. Dulu gue gak nemu gemesin ato ganteng-nya dia, tapi sekarang… Aduhay mamboy! Ganteng ya ternyata. Hihihihihi. Maafin tante ya dik. HAHAHA.
Akhirnya gue beli tiket Dilan 1990. Gue sebenernya penasaran banget sih sama ini. Gue pernah baca bukunya dan gue gak suka. Karena bikin gue baper. Sebel dan sedih-nya sampe menyusup ke dalem-dalem-dalem-dalem gitu. Gak suka. Gue gak suka. Pake acara pas baca-nya masih kuliah. Jadi makin gak suka. Apalagi pas tau cerita buku kedua. Gak suka. Gue gak siap menghadapinya. Hahaha. Oke, jadi intinya gue penasaran tentang visualisasi novel Dilan.
Karena masih ada waktu sekitar satu jam, I decided to go to Basement Floor. Gue muter-muter nyari casing baru untuk handphone butut gue, yang udah gue prediksi susah nyarinya. Ada sih, tapi gak cocok aja sama selera. Mungkin ada sekitar 30-40 menitan gue ngiterin lantai itu, dan stop di salah satu toko DVD bajakan.
I KNOW. I AM SORRY.

Gue beli film Coco, yang udah gue tonton di bioskop, buat nonton lagi di rumah. Buat diulang-ulang. Sayangnya The Greatest Showman belum keluar BluRay-nya. Jadi deh beli yang ada aja dulu. Dan setelah itu gue balik lagi ke bioskop.

DILAN 1990

The theater wasn’t full but yeah the movie got a lot of people to watch it. Yang kosong hanya 2 baris terdepan dan beberapa bolong- bolong satu. Sepanjang film gue senyam-senyum sendiri meskipun gak sampe histeris seperti anak-anak ABG yang ditemui kebanyakan temen-temen gue waktu mereka nonton Dilan 1990. Overall para penonton bisa mengontrol gejolak dalam diri mereka. Kecuali dua bocah –literally bocah- yang teriak-teriak gak jelas dan ketawa kenceng banget. Bukannya ketawa karena adegannya, tapi kita ketawa karena reaksi dua anak kecil di tempat duduk yang berbeda itu. Tapi yang jelas, banyak sekali paduan suara atau koor lenguhan “Aahh..”, “Uuuh..”, “Ooowhh..” dari theatre kita tadi. I’m one of the contributors. For sure.

Taken from : Cinemaxx

So, how was it, Dilan 1990?
It was nice. For me, gue bahagia disuguhin gombalan-gombalan Dilan ke Milea. Gue bener-bener dimanjakan dengan semua adegannya. Dan Iqbal-nya ganteng. He got the tough side yet gentle when he’s with Milea. For me, Iqbal is just perfect as Dilan. Iyalah, Milea aslinya juga yang milih. And all those cheesy lines thrown by Dilan to Milea, just… Uuuuh. We want. Hahaha.
I do agree with the conclusion from people, Dilan 1990 just sets a new higher standard for men and higher expectation to be expected by women. Tapi Milea juga set new attitude and character buat cewek-cewek. Jangan belebeh. Biasa aja. Selow sis. Milea-nya gak drama gitu. Hahaha. Look how open both of them to each other. Ketika Milea a bit bothered when she heard about Susi thingy. Sama halnya dengan Dilan, ketika dia cemburu dengan Kang Adi. For me, they’re mature enough for their relationship. Jempol deh.

Tapi, gue tipe yang bakal merhatiin detail-detail gitu. Yang paling membekas itu, pas adegan Dilan dan Milea di Warung Bi Eem setelah Dilan berantem sama temennya. Itu darah di ujung bibir kecuci sama air dan bersih banget. Kenapa sih gak diperbaiki? Kenapa sih gak pake make-up aja itu lukanya? Sebel. Risih liatnya. Yang paling membekas kedua adalah make-up Milea dan seatmate-nya diawal film. Kenapa diawal? Karena habis itu gak terlalu memperhatikan lagi. Hahaha. Itu keliatan banget mereka berdua bedakannya, blush on-nya on point banget. Dan pada jaman 1990, I would expect not much makeup on high school student. Or maybe no makeup at all. Kemudian baju bundanya Dilan yang itu-itu aja ketika di rumah. Kaus hitam dengan lambing apa tuh yah, pokoknya ada merah-merahnya gitu. Udah beda hari, tapi baju-nya masih sama.
Terlepas dari itu semua, filmnya apik. Ringan dan menyenangkan. Membahagiakan dan memanjakan. Buat yang lagi patah hati, mending jangan nonton. Bikin penyakit hari, iri dan dengki. Yang jelas setelah keluar dari theatre-nya, gue bahagia. Hahahaha.

Setelah selesai nonton, gue ngerasa laper. Ternyata digombalin secara gak langsung menguras tenaga gue. Gimana dengan Milea yak? Gue muterin 3rd Floor to find perfect place to have my dinner. Sudah 2 kali muter tapi enggak juga menemukan yang bisa memicu produksi saliva gue lebih banyak. Terus tiba-tiba gue teringat postingan Batamliciouz beberapa waktu lalu yang sempet gue capture. It’s Titik Ngopi.
Cukup lama sampai akhirnya gue nemuin tempat-nya, karena gak teliti. Efek laper.
Dan tanpa babibubebo, gue tunjukin screenshot-an makanan yang pengen gue coba.
Gue       : “Saya mau pesan ini.” *nyodorin hape ke Ii (bibi)-nya.
Ii              : “Ohh Lui Cha. Minumnya?”
Gue       : “The Tarik Dingin.”

I have never tried this dish before. And… KABOOM! It’s super delicious! I like it. Awalnya gue mikir ini super weird, tapi karena gue emang suka nyoba-nyoba makanan jadi ya tetep nyoba.
Lui Cha atau Lui Teh ini, mengutip dari Wikipedia, merupakan makanan khas Hakka – sebuah kelompok besar masyarakat yang bermukim di Provinsi Guangdong dan Fujian di Tiongkok Selatan. Dari IG mereka sendiri, @titikngopi , makanan ini dulunya hanya disajikan di hari-hari besar. Dan katanya juga nih, dulunya ini merupakan makanan obat untuk para prajurit yang terluka.
Isinya apa sih? Here I attached picture from @titikngopi.
Taken from : Titik Ngopi IG 

Basically, makanan ini adalah nasi dan sayur pakai kuah teh. Nah, aneh kan? Iya, gue juga sempet mikir-mikir. Ini rasanya gimana dah. Hahaha. Awalnya gue coba satu-satu, kuah-nya dulu dan uuhh no gue gak suka. Kemudian gue coba nasi-nya dikit, ada rasa asin. Lumayan. Akhirnya gue aduk-aduk dan campurin kuah teh-nya ke nasi. Pas dimakan, wuiiiih, enak pisan euy! Gue sih suka, it meets my taste.
And for sure, gue bakal balik lagi ke situ. Hehehe.



MINI.Q – Treasure in the corner

Setelah makan malam, gue niatnya mau langsung pulang. Tapi gue ambil jalan muter di lantai itu karena salah satu bagiannya belum pernah terjamah oleh gue. Gue nyangkut beli nail polish dan haha-hihi sama mbak-nya karena mood gue lagi bagus. Hahaha, biasanya gue abis beli barangnya langsung cus.
Sehabis dari situlah, gue menemukan permata ini: MINI.Q

Gue baru tahu tentang tempat ini. This place would be my new place to please my eyes. I love doing groceries shopping and semacam-semacam Informa/ACE Hardware shopping gitu. Gue belum pernah ke IKEA, jadi yah ga bisa pake nama itu. Hahaha. MINI.Q ini ngejual hampir semua barang sehari-hari gitu. Mulai dari sisir, data cable, sapu, cermin, ikat rambut, bantal, tas, hiasan pajangan, apa aja dah.
Di sini gue nemu apa yang udah gue cari dari setahun lalu. Mini Humidifier. I am soooo hepi. Dulu lihat di ACE Hardware hanya ada untuk ruangan gede, yang harganya jutaan. Gak kuku dan ga butuh juga ih. Di MINI.Q ada versi mini dan less than 200k IDR. Cukup untuk ruangan kamar. 

Dan di sini juga, for the first time, gue lihat ada yang jual anti-theft backpack. Gue utak-atik tas-nya tapi ga berani lama-lama. Hahaha. Bagus bingits dan harganya juga “bagus”. Hahaha. 500-700k IDR.
Gue bakal nyaranin sih yang di Batam buat take a look on it. Ada di BCS 3rd Floor dan Botania juga. Atau kalo mau mah cek-cek IG mereka aja dulu @miniqindonesia. Sayangnya gue gak ambil foto sama sekali, gue terlalu asik menikmati moment itu. Tapi ini ada video dari IG mereka untuk MINI.Q BCS.

Cheap J* Supermarket

Gue udah terbiasa dengan yang namanya compare harga barang sebelum beli. Meskipun jadi gak seketat ketika kuliah. But still do comparison. Ga se-ekstrim yang biasa dijadikan meme sih, hahaha. Yang sampe beda 5k doang sampe mencak-mencak. Kalo bedanya cuma dikit doang, tempatnya jauh, ya mending beli di tempat yang deket dan mudah dijangkau. Dulu gue sempat tinggal di daerah Nagoya for couple months, jadi biasa belanja di daerah sana. Antara Nagoya Hill (Hypomart) atau BCS (J* Supermarket).
J* Supermarket ini emang market yang super. Gimana enggak, harganya murah-murah. Rasanya semua jadi butuh. Hahaha. Karena kalo belanja gue pake prinsip: BELI YANG BUTUH. Tapi kalo di JC Supermarket, semua dirasa butuh. Beberapa (ato malah kebanyakan?) barangnya dibandrol dengan harga-harga yang menarik. Apalagi kalo dibandingkan dengan Hypomart dan CarreEmpat. Duh, dua tempat itu rasanya seperti kemahalan. Padahal kualitas-nya sama aja. Hanya saja, di J* Supermarket gak ada jual perangkat elektronik seperti TV, Kulkas. Tapi untuk hairdryer dan rice cooker masih ada.
Gue hampir aja beli meja setrikaan yang punya harga 86k IDR aja, yang mana kalau di dua tempat lainnya mungkin akan seharga minimal 200k IDR. Tapi karena gue naik motor dan tempat tinggal yang memiliki jarak yang lumayan, gue putuskan untuk menunda pembelian itu sampai menemukan waktu yang tepat untuk penebengan mobil teman. Hahaha. Intinya mah di supermarket satu ini, lo bisa puas belanja kebutuhan sehari-hari.
Taken from : Sweetestsins Blog

Well, that’s how I spent my Saturday. Gatau sih tulisan ini berfaedah apa enggak. Mana panjang banget lagi. Hahaha. Gue ngetik ini dari hari Sabtu sampai Minggu, pake acara begadang. Eh at the end tetep aja Minggu siang disunting lagi. Hehehe.
So, see you on my next post! Byeeeee!



No comments:

Post a Comment