Tuesday, November 11, 2014

Lembar Persembahan / Ucapan Terima Kasih

UCAPAN TERIMA KASIH

            Puji Syukur kepada Tuhan Yesus, karena pada akhirnya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan pengerjaan Tugas Akhir dengan judul “Perancangan Jaringan Akses Fiber To The Home (FTTH) Dengan Teknologi Gigabit Passive Optical Network (GPON) Di Citylight Residence” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S1 Teknik Telekomunikasi.
            Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang besar kepada:
  1. Tuhan Yesus Kristus, untuk segala cinta kasih-Nya kepadaku, untuk setiap penyertaan dan segala karunia yang diberikan-Nya, untuk segala pertolongan yang tidak pernah terlambat dan selalu pada waktu-Nya. 
  2. Papi dan Mami, Drs. Firman Hutabalian dan Tiurma Sinaga, S.K.M., untuk dukungan dan semangat yang selalu diberikan. Makasih ya Mami dan Papiku, selalu mendoakan aku. Terima kasih untuk selalu percaya dan mendukungku, untuk selalu memberikan nasihat dan kekuatan agar dapat melewati semuanya dengan baik. 
  3. Kedua adikku, Hendra dan Putri, untuk tawa dan candanya, untuk segala sesuatu yang selalu kita bagi. Terima kasih, untuk selalu ada kapanpun, dimanapun, bagaimanapun keadaan yang ada. Terima kasih untuk selalu menjadi teman bercerita, menjadi sumber informasi dan sumber ilmu. Terima kasih untuk keberadaannya sehingga kakaknya ini tidak stress dalam pengerjaan Tugas Akhir ini. Hehehe. Makasih ya adek-adekku, peluk cium. 
  4. Pak Sugito, Ir., S.Si., M.Si. dan Pak Bambang Uripno, Ir. atas bimbingannya selama ini. Terima kasih untuk kesabaran, kebaikan dan kelembutan hati dalam menghadapi saya sebagai anak bimbingan. Terima kasih untuk semua ilmu dan dukungan yang diberikan kepada saya. 
  5. Pak Raja Sianturi, Pak Ruby, dan pihak CityLight Residence yang telah memberikan izin dan memperlancar pengerjaan Tugas Akhir ini. 
  6. Pak Akhmad Hambali, Ir., MT. selaku dosen wali yang selalu mendukung dan memberikan kemudahan untuk penulis dalam setiap tahap dan proses selama menjalani masa perkuliahan di kampus ini. 
  7. Kak Septi, Pak Dadang, Pak Harlan, Bang Jeki, dan PT. Telkom Lembong yang telah menjadi tempat peraduan saya jika sedang galau dan butuh pencerahan. 
  8. Sahabat seperjuangan: Cilina aka Olin, Onsss aka Nces aka Rini, Mbak Yan aka Dian, Brojo aka Joice, teman-jogja-delapan-hari aka Bro Revi. Makasih ya untuk kebersamaan yang udah kita lalui selama hampir 4 tahun ini (Ciyeeee...). Terima kasih untuk bete-betean, terima kasih untuk teguran-teguran, terima kasih untuk tawa dan bahagia yang selalu dibagi bersama. Peluk dan cium. Sukses ya bro-bro!!! 
  9.  Pahlawan Motor: SKP29, Anggi, Masbro Gaul, Andri, Joice, Osin. Terima kasih ya untuk kesediaannya meminjamkan motor selama pengerjaan Tugas Akhir ini. Hehe, maaf ya kalo ada kenapa-kenapa sama motornya karena aku. 
  10.  Keluarga PA-ku, Nande Vera, Christine, dan Anggi. Terima kasih untuk semangat dan dukungan yang selalu diberikan. Terima kasih juga buat kebersamaan selama ini. Ayo kita diet! Hahaha! 
  11. Keluarga PMK Fakultas Teknik, terima kasih untuk menjadi wadah untuk aku bisa bertumbuh dan semakin dekat dengan Tuhan Yesus.
  12.  Keluarga Nainggolan Telkom, Bang Robe, Bang Doly, Bang Tando, Kak Werista, Kak Dian, Bang Hornop, Junet aka Junjungan, Ivan Linro, Coco, Eca, Nirwan, dll. Terima kasih untuk menjadi keluarga yang selalu menyemangati agar cepat-cepat pergi dari kampus. Hehehe. HORAS!!!
  13.  Keluarga KKL-ku: Chintya, Sonia, Pantas, Austin, Junjungan, Revi. Lanjutkan bab 2 kita heeey...! Hahaha. Terima kasih untuk doa dan sharing yang pernah kita lakukan. 
  14. Blazters (TT-34-05) tersayang, terima kasih sudah menjadi tempat berlabuh jika sedang suntuk. Tawa canda yang kita bagi bersama selama ini akan selalu jadi memori yang tak akan terlupakan. Ayo kita upgrading lagi! It’s a must! 
  15. Practicum Spartan: Olin, Rini, Kiki, Satrio, Ario, Angga, Brian. Terima kasih untuk kebersamaannya jaga praktikum yang penuh dengan suka-duka. Karena kalian tidak hanya sekedar teman jaga praktikum. 
  16. Laboratorium SKSO beserta penghuninya: Faris, yang selalu niat kalau bantuin ngerjain TA. Nia, Ega, Depe, Luthfi, Metha. Terima kasih buat kerja samanya selama setahun ini ya. 
  17. Kakak-Abang Laboratorium SKSO : yang selalu menjadi inspirasi untuk terus maju. Terima kasih untuk selalu memberikan pesan moral dan tips and trick dalam bersikap. Hehehe. Makasih kakak-abang!! 
  18. Kak Jeki Ali, Bang Satria Hanafie, Kak Bagus Widianto, Kak Galuh Wening: Terima kasih untuk memberikan pencerahan, memberikan semangat, memberikan bantuan-bantuan yang yang sangat membantu dalam pengerjaan Tugas Akhir ini. 
  19. Adik-adikku di Study Group SKSO : Ihsan, Windy, Baret, Pugar, Amri, Della, Evan, Yasir, Zulia, Kadek, Rafki, dan Tyas . Kalian menginspirasi untuk terus belajar. Sukses ya adik-adikku, semangat untuk perjalanan beberapa tahunnya lagi. 
  20. Laboratorium Dastran, terima kasih sudah menjadi teman stres bareng, temen ketawa bareng, temen berbagi sendal jepit swallow. Terima kasih juga untuk selalu bisa menerima polusi suara 7 oktaf yang selalu gue sumbangin buat ruangan kalian. Sukses bareng ya kita! 
  21. Untuk Laboratorium Transtel, terima kasih sudah menjadi teman berbagi sandal swallow juga :D hehehe! 
  22. Teman-teman Pontianak: Desi, Andri, Afri, Eki, Chella, Ika, Eka, Adit, Eca, Detta, Chintya, Gery, dll. Pontianak Kote Bersinaaaarrrr! Hahaha. 
  23. Untuk teman-teman Telco, terutama teman-teman pengurus: Iyon, Dea, Fira, Kiki, Olin, Pras, Linggar, Boby, Arya, Ario, Azwar, Pepi, Sem, Tezar. Terima kasih untuk pengalaman, keluh kesah, Bober-is-never-die­, rapat tengah malam, dan semua yang pernah kita lewati. Untuk kementrian Pengabdian Masyarakat: Raja, Lucki, Meta, Ariq; terima kasih untuk kebersamaan yang singkat. I Telco, I Love You! #PTST 
  24. Untuk teman-teman di Fouriesisimo Choir, terima kasih untuk segala pengalaman yang telah diajarkan dan semangat yg selalu diberikan ketika bertemu. Kangen nyanyi bareng kalian lagi. Do mi sol do! 
  25. Untuk anak-anak kosan Puri Kawista: Eka, Luluk, Eca, sebagai mantan anak kosan haha. Buat Osin, Tia, Epong, Ilmi, Nisa, Ayu, Eyang Uti, Eyang Kung, Bi Caca, Teh Santi, Pak Ndang. Terima kasih untuk kebersamaan selama di kosan tercinta. Hehe. 
  26. Dosen dan Staf Fakultas Teknik Elektro. Terima kasih info-info yang diberikan untuk memperlancar dan mendorong penulis agar segera menyelesaikan apa yang harus diselesaikan. Terutama Si Elko.
Keterbatasan waktu dan tempat membuat penulis tidak dapat menuliskan satu per satu semua pihak yang telah turut andil dalam proses pengerjaan tugas akhir ini. Penulis hanya bisa berdoa semoga Tuhan YME selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua. Amin.

Bandung,  Juni 2014

Penulis

Monday, November 10, 2014

Main Hujan with Canun


Hello guys!

Long time no see. Yeah I know no one would read this blog hahaha. Hanya formalitas aja (sok) nyapa gitu hehehe.

So, gue udah lulus. Dengan "ST" di belakang nama gue. And I have additional title: Jobseeker. Hahaha, pretty sad, but show must goes on. Hey, I’m still young wild and free! Iya, gue lagi menghibur diri.

Dan, kenapa gue nulis lagi?

Gue punya teman ngobrol akhir-akhir ini. We share lot of things, and one of them is about writing. I told him I used to write blog but for having connection issue, I stopped. Dia nanya, “Kenapa gak tetep nulis aja as draft, nanti baru di post kalo udah nemu internet?”. I did it dude, tapi gue nge-draft nya itu di websitenya. Lebih seneng aja, daripada nge-draft di Ms. Word. But then, gue kepikiran aja, “Kalo gitu terus sih gimana ya, makin males aja ntar gue nulis.”. Akhirnya semua ide buat nulis akan terus... terus... terus... dan terus hilang. Gue rasa itu udah mulai salah. Gue harus niatin lagi buat nulis, aaaaand here I am! *tebar bunga, main barongsai, panggil tatung* Oke, ini udah mulai serem.

Yap, secara gue sekarang sarjana pengangguran, yang kata temen gue “lo sampah masyarakat” dan kemudian gue bales “lo buruan sidang”, jadi gue jelas punya banyak waktu luang. Terlalu banyaknya waktu luang ini, mungkin bisa menyebabkan akal sehat seseorang berkurang sedikit, atau dalam kasus gue: berkurang banyak.

Setelah beberapa hari cukup hectic dengan beberapa proses rekruitasi beberapa perusahaan, akhirnya gue dapet 2-3 hari free. Gue pake buat istirahat (leha-leha di kasur) dan ngurus wisudaan. Emang dasarnya gue gak betah diam lama-lama gitu, gue ngehubungi si Canun, temen sekelas gue pas masih kuliah, yang juga jobseeker dan masih stay di sekitaran kampus. Basa-basi deh, “ca, dimana? Ca, main yuk.”. Tapi gak ada balesan. Secara temen-temen yang lain lagi ikutan tes di hari itu, jadi gue cuma ngehubungi dia. Dan akhirnya gue yang selalu haus akan rasa produktivitas, mencari apapun yang bisa gue kerjain. Yep, gue nemu kerjaan buat hari itu: nonton WGM di kamar. Haha. Sooo productive! -_-

Sore itu hujan. Cukup lebat dan suasana bikin makin betah buat stay inside my room and make out with my blanket –yang gue renggut paksa dari si Hendra, adek gue. Tiba-tiba di saat gue udah in deep chemistry banget ama selimut, sekitar jam 6 sore si Canun bales chat. Dia bilang kalo dia mau nyari buku blablabla. Kemudian di saat kita ngomongin hujan –entah apa salah si hujan di omongin gitu- si Canun dengan ide sintingnya bilang gini: “Main hujan yuk ges.”. Sempat keluar beberapa kata yang perlu disensor dari chat gue, secara si Canun emang rada-rada gitu ya kelakuannya. Haha. Dan tiba-tiba gue kesambet setan darimana, gue mengiyakan. Padahal gue menentang abis-abisan dengan alasan malu sama umur, malu sama angkatan, malu sama fans. Tapi ya mau gimana lagi, gue udah mengiyakan ini. Jadilah gue nyamperin dia ke kosannya tanpa payung. Bollywood banget gak sih?

Tapi, tapi, tapi, ada yang aneh selama perjalanan ke kosan Canun. Bukan, bukan tatapan orang-orang yang menatap seolah-olah ngeliat artis iklan sampo gagal lewat. Gue udah biasa kalo soal itu *kibas rambut*. Tapi, hujannya gak lagi terlalu lebat. Gue lalu berlutut ala video klip sambil teriak, “Tuhaaaaaan, mengapa hujannya tidak deras lagi disaat aku dan Canun akan main hujan???”. Okay, it’s so dramatic. Tapi tenang aja, gue enggak se-stres itu kok. Gue masih cukup waras untuk bisa nyampe ke kosan Canun tanpa melakukan hal-hal aneh.

Setelah jemput Canun, kita berdua jalan kaki di bawah hujan. Begitu si Canun dijamah oleh hujan (ciyeeeee dijamah nihyeeee), dia langsung bete, “Kok gak lebat sih hujannya? Iiiihhh~”. Ya mau gimana lagi ya, gue gak bakal ngijinin si Canun balik lagi ke kosannya, sedangkan gue udah setengah basah. Rambut ama baju yang basah coooy, awas itu pikiran kotor kamyuuh! Akhirnya kita memutuskan jalan-jalan di area kampus dengan tujuan akhir Danau Galau Telkom (seterusnya singkat DGT aja ya gue males nulisnya panjang-panjang).

Sesampainya di area kampus, jelaslah ya kita cukup jadi perhatian orang-orang yang lewat. Bisik-bisik tetangga pun terjadi di antara mereka. Kita ambil jalan sepi untuk mencapai DGT. Ini penampakan DGT kampus gue.

http://baa.telkomuniversity.ac.id/wp-content/uploads/2014/01/h-940x310.jpg

Sambil jalan, kita sambil cerita-cerita. Emang dasarnya gue ama si Canun lumayan klop ya, bisa cerita apapun meskipun lebih sering gue jadi nge-bully dia secara verbal. Mulai dari ngebahas kurang kerjaannya kita sampe main hujan di umur segini. Dua puluh satu tahun. Akhirnya kita duduk di tepi hall DGT itu. Jelas banyak air menggenang, jelas itu kotor, dan jelas kita lagi sinting, kita duduk di situ sambil mainin genangan air. Jorok? Lebih jorok kamu yang baca ini sambil ngupil, kayak ngejar si gebetan, gak dapet-dapet. #kabur

Kita cerita banyak banget. Mulai dari masalah pacaran, masalah teman, masalah kuliah, keluarga, sampai ke masalah kerjaan dan masa depan. Kita saling share dan bener-bener terbuka. Canun satu-satunya orang yang gue berani terbuka sepenuhnya. I mean, we really shared everything, as stories. Banyak yang gue dapet dari Canun, bahkan gue nemu suatu pencerahan akan pembentukan sifat gue yang selama ini gak pernah gue ketahui penyebabnya. Dan dengan Canun, bang! She shot me right on my head. Kenapa selama ini gue gak begitu nyaman dengan hubungan berstatuskan pacaran, she knew the answer. And I was like “ahhh, bener banget! Iya ya? Pantesan!”.

I like Canun’s family. Gimana orang tuanya memperlakukan dia dan adik-adiknya seperti teman. Ya, bukan berarti gue gak bersyukur dengan keluarga gue, tapi gue seneng aja gitu ngeliat hubungan si Canun dengan orang tuanya yang begitu terbuka. So open-minded parents. Orang tua gue juga kok. Ya, tiap orang tua punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dan dari orang tua gue, orang tua Canun, orang tua temen-temen gue, gue berharap bisa belajar untuk suatu saat menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak gue kelak. Wkwkwkwk, kerja dulu sono! Udah mikirin anak aja hahaha.

Kita juga cerita tentang pertemanan. Spesifiknya teman kuliah. Kita sama-sama bersyukur ketemu temen-temen yang pada dasarnya orang yang gak macem-macem, yang gak aneh-aneh, dan bergaul serta berbaur dengan baik. Contohnya? Si Dimas merokok, tapi dia mau menghargai kita-kita dengan gak merokok di sekitar kita ketika lagi ngumpul tanpa perlu nerima omelan dari cewek-cewek terlebih dahulu. They do something bad without influence us to do the same bad thing. Bersyukurlah Dims, nama lo keliatan baik di tulisan gue. Tolong di bold, italic, dan underline ya: KELIATAN BAIK. Hahahaha!

Gue dan Canun sama-sama perantau di kota Bandung –yang katanya kota yang melibatkan perasaan ini. Meskipun gue lebih jauh, gue dari Pontianak dan Canun dari Malang, tetap aja ada kesamaan yang mendekatkan kita (hoeekkkk) berdua dan temen-temen yang lain: PERANTAU. Banyak hal yang kita pelajari dengan menjadi mahasiswa perantau. Kita ketemu orang dengan latar belakang budaya yang berbeda. Dengan budaya yang berbeda, pola pikir bawaan tiap orang pun berbeda. Jadi ketika kita dipertemukan di suatu lingkungan kampus, baik itu di kelas maupun unit kegiatan atau kepanitiaan, mau gak mau kita harus bisa beradaptasi. Mau gak mau kita belajar berpikiran lebih terbuka demi menerima perbedaan yang ada dan bisa berbaur dengan lingkungan. Berusaha menemukan ritme dalam berpikir supaya bisa selaras dengan teman-teman. Bukan tidak ada konflik, tapi pada akhirnya kita dituntut untuk bersikap dewasa dan mengatasinya sendiri, pastinya dengan baik. Gak akan ada orang tua yang berdiri di belakang lo, gak akan ada kakak/abang yang siap memberikan bogem mentah bagi yang gangguin lo. All by myself-nya Eric Carmen banget lah! Hahaha. Pola pikir, kematangan bersikap, kedewasaan, kemandirian, duh semuanya deh. Terbentuk selama 4 tahun. Dan gue bersyukur, ketika gue liat lagi diri gue ke belakang: “Thank God, at least I’m a better person than me 4 years ago.”

GILA GUE BIJAK PARAH. *syukuran 7 hari 7 malam ngalahin nikahannya nasar-musdalipeh yang udah mau bubaran*

Ditengah-tengah kita lagi ngobrol, kita pindah ke tengah-tengah hall. Hujan makin mereda, orang lalu lalang pun makin sering. Dan kita tetap: SEBODO TEUING. Kemudian lewat seorang bapak polisi, yang mungkin lagi tugas sekitaran kampus gue, dengan heboh bapaknya nyapa dan terjadi percakapan singkat:

Bapak Polisi    : “Aduh neeeeeeeng, ngapain berduaan begini?? Anak gadis neng, hahaha, yah saya gak bawa kamera (handphone) buat moto. Hahahaha aduh neng, ada acara apa ini neng?”
Canun              : “Iya pak. Kita baru lulus kuliah, jadi ngelepas stres pak. Ditambah belom dapet-dapet kerja pak. HAHAHAHA! Mumpung masih muda ini pak hehe. ”
Bapak Polisi   : “Yadeh neng, mumpung masih muda ya. Kalo udah tua mah, badan gak kuat lagi. Jaga kesehatan ya neng ya...”
Canun and me   : “Iya paaaaaaaaaaak.....”

Hahaha. Si Canun bilang, “mumpung masih muda, ntar kalo udah tua kan malu mandi hujan.”

Ngomongin soal “masih muda”, someone told me this line: “Masa muda memang dipake buat berjibaku. Masa muda memang harusnya kerja keras. Cobain segala yang bisa dicoba. Memang masa muda harus dihabiskan dengan usaha.”

Kalimat itu dilemparkan ke gue saat gue galau gak dipanggil buat kelanjutan proses rekruitasi suatu perusahaan. Gue galau, gundah gulana. Soalnya perusahaan itu merupakan perusahaan yang gue pengeeeen banget. Dan mungkin belom rejeki gue di situ. Dan kalimat di atas tadi, itu cukup balikin semangat gue lagi. Gue masih muda ini. Kalo katanya Wiz Khalifa mah: Young, Wild, and Free. RAWR!

Canun juga bilang, papanya pernah bilang gini, “Suatu saat, orang pintar akan kalah pada orang yang terus berusaha. Jadi, teruslah berusaha!”. Gue terharu dan gue tanamkan di kepala gue. Mau pintar, mau enggak, lo tetap harus berusaha. Jangan mau kalah sama keadaan. Keadaan itu tantangan lo. Comfort or not, it’s your challenge.

Dan pada akhirnya, gue dan Canun mulai kedinginan. Gak hujan lagi, tapi kita basah kuyup. Tangan keriput, dan orang mulai rame banget lalu lalang. Lama-lama urat malu gue balik lagi dan gue ajak Canun balik. Secara udah malem juga, kita habisin 2 jam buat ngobrol ngalor ngidul sambil main air. Ehm, genangan air.

Hari itu gue lega. Bisa cerita panjang lebar tanpa takut di judge ama orang setelah denger curahan hati gue. Mungkin karena kita sama-sama pernah berada di posisi itu. Banyak yang gue dapet dari pembicaraan 2 jam itu. Kita akhirnya sambil jalan, ngobrol-ngobrol santai, becanda dan saling bully lagi. Tepatnya gue nge-bully Canun lagi.

Canun   : “Eh, yang penting aku lulus umur 21 ya. Masih muda, meskipun bulan depan aku 22!”
Gue       : “Halah, mudaan aku dong. Aku 22 masih tahun depan.”
Canun    : “Lah? Kamu tahun ini 21? Loh? Tua-an aku dong??”
Gue       : “Iyalah, jhelaassss!”
Canun    : “Pantesan kamu mau aja aku ajak main hujan. Aku kirain kamu lebih tua dari aku :(
Gue       : “Gengsi lah kalo tuaan gueeeee!! Wkwkwkwk!”